Prajurit atau Kader?
Samarinda, 28
Agustus 2018
Refleksi kembali untuk makna prajurit
atau kader? Prajurit identic dengan sebuah pasukan khusus dalam perang dan
kader identik sebagai sosok individu yang terbina dalam sebuah wadah gerakan. Prajurit
atau kader bisa dibedakan pada zamannya. Zaman dahulu, dalam sebuah kerajaan
pasti memiliki prajurit perang. Prajurit yang harus loyalitas pada pimpinan.
Sedangkan pada zaman sekarang, prajurit bisa diartikan sebagai kader.
Prajurit atau kader lebih dekat dengan kata
terbina, dibina, dan amanah. Itulah karakteristik prajurit atau kader.
Karakteristik harus terbina dalam sebuah kaderisasi. Setiap kaderisasi memiliki
jenjang tahapan yang jelas sesuai dengan targeting maping silabus kaderisasi.
Terbinanya sebuah prajurit atau kader
harus memiliki prinsip pemahaman, taat, keteguhan, percaya, terus belajar,
sabar, religious, dan lain-lainnya. Jika zaman dahulu berperang secara fisik,
maka zaman sekarang berperang secara pikiran. Semuanya disiapkan untuk
berperang dalam naungan sebuah amanah.
Amanah identik dengan sebuah jabatan,
jabatan hanyalah sebuah symbol yang harus dijalankan secara totalitas. Amanah
ialah sebuah tanggungjawab yang harus dijalankan oleh prajurit atau kader yang
memiliki kapasitas dan kapabilitas. Amanah itu menjaga siapa yang mengemban,
amanah bagaikan “bagaikan mutiara/berlian yang harus dijaga sinarnya dan bagaikan
air yang harus dijaga ketenangannya”.
Dalam bingkai kenegaraan, kepemimpinan
prajurit atau kader sangat dibutuhkan karena memiliki peranan sangat penting
dalam berpolitik untuk menuai kemenangan dalam sebuah posisi strategis.
Kepemimpinan dikomandoi oleh satu komandan yang piawai dalam berperang dan
digagahi oleh prajurit atau kader yang tangguh.
Melihat kondisi sekarang, kondisi kader
sangat dibutuhkan dalam perannya untuk masa depan Indonesia. Bung Karno pernah
berkata “Jika ingin melihat bangsa ini sepuluh tahun kedepan maka lihat pemuda
hari ini”. Peran pemuda lebih dari urgent untuk memecahkan masalah yang kini hadir
dalam elemen masyarakat. Pemuda harus menguasai medan perangnya saat ini dengan
melanjutkan narasi juang pada pahlawan terdahulu dengan mengisi hal-hal baik
disendi-sendi kehidupannya. Pemuda harus memiliki prinsip sense of belong
(pemuda yang mempunyai rasa kepemilikan) dan sense of crisis (pemuda yang
mempunyai rasa peka terhadap sebuah masalah yang kini hadir). Dua hal tersebut
harus dipahami dan diaplikasikan dalam setiap langkah juang pemuda. Semua
berpikir ingin yang terbaik untuk negeri ini dengan gerakan yang berbeda, pola
pikir yang beda, dan metode yang berbeda. Tapi semua ini dalam kerangka
perbaikan.
Indonesia memiliki keragaman dari sabang
sampai merauke, begitu juga dengan pemudanya memiliki keragaman. Berbagai
bidang seperti pendidikan, politik, perekonomian, kesehatan, social, budaya,
dan seterusnya. Penulis bergelut dalam dunia pendidikan, maka penulis akan
menuangkan sudut pandangnya “peran kader dalam dunia pendidkan”. Quotes of
Creator “Pendidikan bukanlah segala-segalanya, tapi semuanya berawal dari
Pendidikan”.
Tajuk pembahasan penulis adalah peran
prajurit atau kader dalam dunia pendidikan. Peran bisa diartikan gerakan dari
seorang prajurit atau kader dalam mensuksesi Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional. Gerakan prajurit atau kader identic dengan seorang pemuda yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan. Pendidikan bisa didapatkan dari jenjang
dasar hingga perguruan tinggi. Penulis menitik beratkan pemuda dalam perannya
di Perguruan Tinggi. Di Indonesia banyak kampus ternama, khususnya di
Kalimantan Timur terdapat salah satu Universitas Mulawarman terakreditasi A.
Universitas Mulawarman (Unmul) terdapat
ribuan pemuda-pemuda setiap tahunnya diterima dari berbagai fakultas yang ada.
Khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan setiap tahunnya menerima
mahasiswa baru 1000-an lebih dari emapat tahun yang lalu hingga sekarang. Lalu
bagaimana peran pemuda di Unmul dan bagaimana peran pemuda di FKIP? Peran
pemuda (Prajurit/Kader) bisa dilihat gerakan lembaga kemahasiswaan yang ada.
Secara legalitas, ada dua puluh satu lembaga di kampus biru FKIP. Lembaga
tinggi yang kita kenal adalah lembaga legislatif dan eksekutif serta LDKm dan
Himpunan Program Studi.
Kurang lebih lima ratus mahasiswa yang
berkecimpung dalam dunia organisasi di FKIP dalam satu periode. Kondisi ini
sangat timpang sekali dengan jumlah mahasiswa setiap tahunnya,maka peran pemuda
yang ikut organisasi inilah yang seharusnya “menjadi bola salju” dimana semakin
menggelinding bola salju semakin besar bolanya. Setidaknya kesadaran mahasiswa
dengan kondisi FKIP untuk memperbaiki bagian yang belum terstandarisasi dengan
sebuah norma dan nilai kehidupan seorang mahasiswa.
Prajurit atau kader dalam setiap
lembaganya harus minimal memahami pola organisasi yang namanya Triologi Kampus (Campus Triology) yang terdiri membaca, diskusi, dan menulis. Dari hal
inilah akan melahirkan sebuah gerakan baru yang positif dan pola ini juga
sebagai mematangkan kondisi kader setiap himpunan untuk mempersiapkan dirinya ke
jenjang berikutnya. Artinya adanya proses dibina dan saling membina antara
prajurit atau kader dengan senior (komandan kampus).
Maping gerakan harus dibuat setiap
periodenya untuk melihat parameter keberhasilan dalam peran kampus untuk
pendidikan di Kalimantan Timur, khususnya Samarinda. Prajurit atau kader juga
mempunyai skala prioritas dalam sebuah misi yang diembannya dalam penyempurnaan
program kerja.
Penulis kerucutkan pada permasalahan
kader hari ini ialah permasalahan parsial pematangan pola pikir dan cara
bergerak professional. Hal ini bisa terlihat, ketika prajurit atau kader
memulai jenuh dalam sebuah organisasi himpunannnya yang digeluti dan juga
tuntutan dilembaga lainnya yang mengakibatkan jenuh dan akhir tidak
professional dalam kinerja. Kita tidak bisa menyalahkan kader atau kondisi yang
ada, yang perlu kita benahi adalah sebuah system yang mengatur secara
definitive untuk alur kaderisasi. FKIP sendiri sudah mempunyai hal itu tapi
masih belum sempurna melihat kondisi kader yang tumpang tindah dalam
kinerjanya, semua lini membutuhkan perannya, dan sisi lain dia menjadi pioneer
penting disalah satu organisasinya, makanya perlu sebuah system dan pemahaman
manajemen organisasi.
Situasi hari ini, menjelang diakhir
kepengurusan semakin banyak tantangan yanga ada baik dari beberapa pihak, baik
dari birokrat maupun secara internal organisasi. Benang merahnya adalah meningkatkan
komunikasi agar narasi perjuangan senior tidak terputus kepada prajurit atau
kader yang melanjutkan narasi yang ada. Betapa pentingnya peran komunikasi
untuk membangun perbaikan generasi sekarang, biasa disebut Communication of Power.
Belum lagi tantangan semester
kedua/genap menjelang dinamika politik kampus dalam pemira, susksesi prajurit
atau kader sangat dibutuhkan lagi untuk berjalannya demokrasi kampus baik
tingpkat himpunan atau BEM Fakultas. Regenerasi harus disiapkan dari dulu tahun
selanjutnya dan generasi demisioner membimbing dan memberikan tentang sejarah
gerakan mahasiswa Indonesia hingga gerakan himpunannya seperti apa semangat
mahasiswa setiap zamannya. Setiap zamannya memiliki pemimpin yang berbeda dan
memiliki tantangan yang berbeda.
Modal utama dalam sebuah organisasi non
benefit yang mahasiswa geluti adalah professional, komitmen, loyalitas, dan
totalitas. Tanpa modal ini, prajurit atau kader bakal tenggelam seleksi alam
dalam dinamika organisasi. Tanyalah pada prajurit atau kader hari ini yang
berkecimpung soal ini, sudah sehjauh makna mereka maknai sebagai fundamental
prajurit atau kader sebelum menapaki dunia kerja dan seterusnya yang sangat
menantang dalam kompetitif.
Hadirnya sebuah sense of crisis ini
menandakan sosok prajuri yang peka dengan dialektika kampus sekarang. Resah
dengan kondisi kampus sekarang, apalagi system pemerintahan kampus yang belum
totalitas untuk menciptakan prajuri atau kader yang pasca kampus mereka yang
hebat untuk memimpin Negara ini dimanapun berada. Prajurit atau kader ialah
seseorang khalifah dimuka bumi ini untuk mencegah yang munkar dan mengerjakan
yang ma’ruf. Sejauh apa mereka dalam berlayar di samudera dalam menghadapi
derasnya arus pemikiran dalam sebuah totalitas untuk mengambil perannya dalam
setiap lini. Angin terus kencang ketika semakin tinggi sebuah posisi yang kita
dapati hari ini, maka dari itu kita harus memegang diri kita dalam sebuah
komitmen. Sejatuhnya prajurit atau kader dalam pergerakannya yang berkedalaman
dengan sendirinya tapi ia tetap memperjuangkan marwah sebuah organisasinya
ketika sudah mulai hilang di dalam sanubarinya.
Diakhir penulisan, saya berpesan kepada
Prajurit atau Kader yaitu “maknailah dirimu sebagai prajurit sekuat mental baja
dalam sebuah perjuangan hidupmu dalam perperangan dan wujudkanlah dirimu
sebagai kader yang tetap menarik napas untuk narasi juang ditengah lautan yang
luas. Jadi, poin penting seorang prajurit atau kader adalah bagaimana
pemahamannya dan ma uterus belajar dalam mempersiapkan dirinya untuk menjadi
pemimpin yang masa datang (Future of
Leader).
#Bangkit
Indonesia ku
#Siapkan
dirimu
Komentar
Posting Komentar