Samarinda, 10 Juni 2019. #SamarindaCalap menjadi tranding topic urutan ke-3 di akun Twitter Indonesia. Hujan deras dalam pekan ini yang mengguyur daerah Kalimantan Timur, khususnya Samarinda, Paser, Bontang, Sangatta, Tenggarong dan sekitarnya menjadi pemerhatian warga Kalimantan Timur.
Gubernur Kaltim Isran Noor mengatakan keprihatinannya dengan kondisi Samarinda dan sekitarnya, mengharapkan warga yang terkena bencana untuk tabah dan sabar. Selengkapnya (https://kaltimprov.go.id/berita/gubernur-terus-pantau-banjir).
Banjir di Kaltim terjadi setiap tahunnya, khususnya Samarinda dan sekitarnya. Permasalahan ini perlu mencari alternatif langkah solutif dari semua elemen dalam bekerja sama, terkhususnya kebijakan dari pemerintah.
Pemerintah Kota sebenarnya sudah menyiapkan dana untuk menangani masalah banjir di Samarinda, bahwa dana Rp35 miliar itu akan digunakan untuk menangani masalah banjir di kawasan persimpangan Jalan KH Wahid Hasyim Sempaja - Jalan AW Sjahranie - Jalan PM Noor. Kawasan simpang empat Sempaja ini merupakan titik yang menjadi langganan banjir. Selengkapnya (https://kaltim.antaranews.com/berita/37345/pemkot-samarinda-alokasikan-rp35-miliar-tangani-banjir)
Dalam catatan Citizen menyebutkan tiga tahap penanganan masalah banjir. Pertama, solusi pra banjir. Solusi yang berupa menciptakan seruan peduli pada warga Samarinda terhadap lingkungannya dan membentuk kebijakan, kedua, solusi pada saat banjir. Solusi yang berupa aksi peduli dan tanggap oleh pemerintah, LSM, Mahasiswa, Masyarakat untuk memberikan bantuan secara materi maupun non materi, dan ketiga, solusi pada saat pasca banjir. Solusi yang mengevaluasi dan penanganan kembali terhadap aturan-aturan berkaitan izin penggunaan tanah dalam mengelola pertambangan. Selengkapnya (https://www.liputan6.com/citizen6/read/530484/3-tahap-mengatasi-masalah-banjir-di-samarinda)
Berdasarkan permasalahan banjir secara khususnya maka perlu sebuah rencana jangka panjang untuk memikirkan solusi banjir di Samarinda. Tidak cukup dengan menguras got, membersihkan sungai Karang Mumus dan sebagainya, penanaman pohon, apapun yang itu yang sedang dikerjakan oleh pemerintah. Menurut saya, Samarinda perlu adanya sebuah saluran permanen seperti pipa besar yang terletak beberapa daerah yang rawan banjir. Dengan adanya pipa besar yang terhubung ke sungai Mahakam, maka pembuangan terakhir di sungai Mahakam. Tentunya ada mesin yang untuk menarik/menyedot air yang tertampung dalam sebuah genangan. Biaya mungkin saja triliyunan dalam proyek ini menurut saya. Hal ini serupa dengan argumentasi oleh Pakar teknik sumber daya air Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Budi Santoso Wignyosukarto tentang banjir di Jakarta. Beliau mengatakan bahwa penanganan banjir di Jakarta juga harus dilakukan dengan mengendalikan pengambilan atau penyedotan air tanah dan mengurangi "subsidence" atau penurunan muka tanah. Selengkapnya (https://jakarta.bisnis.com/read/20170224/77/631625/cara-mengatasi-banjir-jakarta-menurut-pakar-dari-ugm)
Best Regards, Penulis Muda
Najar Ruddin Nur R
Komentar
Posting Komentar