La Yukallifullahu nafsan Illa wus'ahaa
[La Yukallifullahu Nafsan Illa wus'ahaa]
Firman Allah لا يكلف الله نفساً إلا وسعها , bahwa Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya (Al-Baqarah: 286) adalah penjelasan yang menguatkan prinsip tersebut. Pembebanan adalah perkara yang menyulitkan. Karena itu harus berbanding lurus dengan kemampuan. Imam Qurtuby berkata, “Allah menggariskan bahwa Dia tidak akan membebani hambanya –sejak ayat ini diturunkan– dengan amalan-amalan hati atau anggota badan, sesuai dengan kemampuan orang tersebut. Dengan demikian umat Islam terangkat kesulitannya. Artinya, Allah tidak membebani apa-apa yang terlintas dalam perasaan dan tercetus dalam hati.”
Banyak orang memahami ayat ini dengan mengatakan, kemampuan yang dimaksud dalam ayat ini adalah batasan minimal kemampuan seseorang. Oleh karena itu, kemampuan dapat berubah-ubah tergantung dengan motivasi. Ada orang yang tidak mampu, ada orang yang mampu. Tentu saja pendapat ini keliru. Sebab, para sahabat mencontohkan secara nyata kepada kita bahwa mereka berkomitmen dengan seluruh kapasitas kemampuan mereka.
Jika kita buka lembaran sirah sahabat, kita dapati kebanyakan mereka wafat di luar negeri. Abu Ayub Al-Anshari misalnya. Beliau wafat di Benteng Konstantinopel. Ummu Haram binti Milhan berakhir hidupnya di Pulau Qobros, Yunani. Uqbah bin Amir meninggal di Mesir. Bilal dimakamkan di Syria. Demikianlah mereka mengembara ke segala penjuru dunia untuk berdakwah. Mereka mengerahkan semua yang berharga dalam hidupnya untuk meninggikan panji Islam. Begitulah semestinya memahami ayat لا يكلف الله نفساً إلا وسعها.
Sumber: https://www.dakwatuna.com/2008/07/21/829/allah-swt-tidak-membebani-seseorang-diluar-kemampuannya/amp/
Terkadang kita hanya mengeluh saja, berbeda dengan para sahabat Rasulullah SAW yang berjuang mendakwahkan Islam kemana-mana.
Tak perlu usar dengan pusaran hoax tentang Islam Radikal, fokuslah Anda dengan kebaikan yang memberikan dampak besar kepada masyarakat.
Prof. Rahmat Soed mengatakan fenomena politik dikancah Nasional memberikan pertanda (sign) bahwa umat Islam belum mampu memenangkan pesta demokrasi.
Beliau menyebutkan bahwa kelemahan kita adalah belum memahami secara kaffah terhadap Al-Qur'an. Masyarakat Islam malah suka rame-rame daripada sedikit. Tablig Akbar rame tapi jika ta'lim sepi. Padahal sama saja menuntut ilmu.
Ghiroh sholat pun sangat kurang, gerakan pun belum mempengaruhi kekuatan Islam saat ini.
Menurut saya, ambil tengahnya saja. Masjid bagian dari sejarah perpolitikan Rasulullah SAW, ada kalanya membahas Aqidah, adakalanya juga membahas strategi perang.
Jika dulu para pendahulu dakwah dikalahkan dengan fitnah yang ujungnya penjara.
Sekarang pemimpin-pemimpin Islam dikelilingi dengan tawaran-tawaran uang.
Dimenangkan oleh nafsu bukan dengan Aqidah yang kokoh.
Bagi anak Muda sekarang, harus memahami fenomena sekarang ini. Betapa pentingnya belajar Al-Quran dan Hadits.
Regards, Penulis Muda
Najar Ruddin Nur R
👥 FB : Najar Ruddin Nur R
🐦 Twitter: @NR_PenulisMuda
🌍 Web:
- najarruddinnurr.wordpress.com
- najarruddinnurr.blogspot.com
📷 IG: @penulismuda_kaltim
📧E-Mail: nurrnajarruddin@gmail.com
Komentar
Posting Komentar